Selasa, 13 November 2012

Film tentang Veteran Menangi Lawangsewu Festival

Film pendek yang menceritakan tentang kisah veteran yang menjadi tukang sapu memenangi kategori umum dalam Lawangsewu Film Festival 2012 yang diprakarsai Komunitas Sinema Semarang (KSS).

"Film ini tidak berisi banyak dialog, namun pesannya mengena dan sangat menyentuh," kata Aditya Gumay, salah satu dewan juri pada Malam Grand Final Lawangsewu Film Festival 2012 di Semarang, Minggu (11/11/2012) malam.

Menurut sutradara ternama yang telah menyutradari banyak film, di antaranya Emak Ingin Naik Haji dan Rumah Tanpa Jendela itu, film garapan Komunitas Sinema Bawah Pohon Jakarta itu cukup kuat dalam penceritaan.

Film berjudul Lencana Tukang Sapu tersebut, kata Gumay yang mengumumkan langsung para pemenang festival film pendek itu, menceritakan veteran perang yang terpaksa menggadaikan lencananya untuk berobat.

"Saya mengapresiasi Lawangsewu Film Festival ini sebab bisa menggeliatkan anak-anak muda berkreasi membuat film. Apalagi, peserta festival ini tak hanya dari Semarang, tetapi juga dari sejumlah kota di Indonesia," kata Gumay.

Ketua Dewan Kesenian Semarang Mulyo Hadi Purnomo mengakui perkembangan perfilman di Semarang masih kalah dibandingkan kota lain, seperti Banjarnegara, Purwokerto, apalagi Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta.

Karena itu, kata dia, pergelaran festival film pendek semacam itu diharapkan bisa merangsang kreativitas sineas-sineas muda Semarang untuk membuat film bermutu, apalagi ternyata pesertanya banyak dari daerah lain.

"Saya rasa Semarang masih harus banyak belajar dari kota-kota lain. Ikutnya peserta dari sejumlah daerah, hingga Aceh, saya harap bisa mendorong sineas muda Semarang berkompetisi menghasilkan yang terbaik," kata Mulyo.

Sementara itu, Tohar Gunawan (26), sutradara film Lencana Tukang Sapu menjelaskan pembuatan film tersebut hanya memakan waktu selama tiga minggu dengan lokasi penggarapan di sejumlah titik di kawasan Ibu Kota.

Film yang menelan biaya produksi sekitar satu juta rupiah itu, kata dia, terinspirasi dari kisah seorang veteran perang bernama Engkong Nasir yang sekarang ini hidup berkesusahan dan tidak memiliki apa-apa.
"Karena itu, sebagian uang hadiah dari festival film ini kami sumbangkan kepada beliau. Kami ingin semua masyarakat menghargai jasa para pahlawan," kata mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) angkatan 2009 itu.

Ada 65 karya bersaing di festival film itu, terbagi dalam kategori pelajar dan umum. Juara kedua kategori umum adalah Sebuah Kisah dari Mawar garapan Komunitas Ruang Gelap Jakarta, disusul Skeptis garapan Komunitas Mercubuana.

Sementara kategori pelajar, juara satu diraih film Puncak! garapan siswa SMK Negeri 11 Semarang, disusul Untuk Ibu garapan siswa SMA Negeri 1 Banjarnegara, dan ketiga Kejar garapan CIP Production Salatiga.

Rabu, 07 Maret 2012

PAMERAN INDUSTRI KREATIF UNS


CAMPUS NEWS, Sebanyak 28 stan akan memeriahkan kegiatan pameran industri kreatif yang diselenggarakan oleh Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo di areal lembah Fakultas Teknik UNS, Minggu-Selasa (11-13/3). Kegiatan ini merupakan rangkaian dari peringatan Dies Natalis UNS ke-36.
Ketua panitia pameran, Nanda Dhanendra, mengungkapkan dari 28 stan itu, tiga stan eksekutif akan memamerkan hasil industri kreatif dari Kementerian Riset dan Teknologi, Solo Techno Park dan paguyuban batik Kauman. “Nantinya ada display mobil Esemka,” ujarnya saat jumpa pers di ruang sidang rektorat UNS, Rabu (7/3/2012).
Stan lainnya, kata Nanda, berisi berbagai karya mahasiswa UNS dari berbagai fakultas. Untuk melengkapi kegiatan pameran, panitia juga menyediakan stan khusus makanan yang dikonsep seperti Galabo Solo.
Ketua tim pameran, Agus Purwanto, mengungkapkan peserta pameran adalah mereka yang memiliki hasil karya, riset, inovasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya terkait industri kreatif. “Harapannya kegiatan ini menarik perhatian warga kampus dan masyarakat umum,” jelasnya.
Rencananya, kata Agus, acara ini akan dihadiri Menteri Pendidikan Nasional, M Nuh, yang akan mengikuti prosesi kirab bersama Rektor UNS, Prof Dr Ravik Karsidi MS dan para petinggi kampus lainnya. Kirab akan dilaksanakan Senin (12/3) mulai pukul 09.00 WIB. Rute kirab mulai dari gerbang depan UNS sampai areal pameran. “Pengiring kirab adalah sembilan panji fakultas, Solo Batik Carnival dan jathilan Temanggung,” terangnya.
Kegiatan itu, terangnya, bertujuan meningkatkan kemitraan UNS dengan instansi yang peduli terhadap perkembangan pendidikan. Acara akan dimeriahkan performing arts dari mahasiswa. Antara lain permainan musik, tarian, seni bela diri dan lainnya.

Rabu, 08 Februari 2012

Karya Tulis Mutlak Terpublikasi Jadi Syarat S1,S2 dan S3

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat edaran bernomor 152/E/T/2012 terkait publikasi karya ilmiah. Surat tertanggal 27 Januari 2012 ini ditujukan kepada Rektor/Ketua/Direktur PTN dan PTS seluruh Indonesia. Seperti dimuat dalam laman www.dikti.go.id, surat yang ditandatangani Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Djoko Santoso itu memuat tiga poin yang menjadi syarat lulus bagi mahasiswa program S-1, S-2, dan S-3 untuk memublikasikan karya ilmiahnya.
Disebutkan bahwa saat ini jumlah karya ilmiah perguruan tinggi di Indonesia masih sangat rendah. Bahkan, hanya sepertujuh dari jumlah karya ilmiah perguruan tinggi di Malaysia. Oleh karena itu, ketentuan ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah karya ilmiah di Indonesia. Apa saja bunyi ketentuan itu?
1. Untuk lulus program Sarjana harus menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah.

2. Untuk lulus program Magister harus telah menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah nasional, diutamakan yang terakreditasi Dikti.

3. Untuk lulus program Doktor harus telah menghasilkan makalah yang diterima untuk terbit pada jurnal internasional.
Ketentuan ini berlaku mulai kelulusan setelah Agustus 2012. Kompas.com menghubungi Dirjen Dikti Djoko Santoso dan berjanji akan memberikan penjelasan lebih jauh mengenai ketentuan ini pada hari ini, Jumat (3/2/2012).
Beberapa waktu lalu terungkap bahwa jurnal perguruan-perguruan tinggi Indonesia yang terindeks dalam basis data jurnal dan prosiding penelitian internasional, seperti Scopus dan Google Scholar, masih sangat rendah. Tak hanya karya ilmiah para mahasiswa, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran Eky S Soeria Soemantri juga mengakui minimnya hasil penelitian para peneliti Indonesia yang dipublikasikan dalam jurnal penelitian internasional.
“Itu makanya para peneliti harus diberikan pelatihan agar memiliki kemahiran dalam menulis,” kata Eky

 

Alasan Mahasiswa Wajib Publikasi Makalah


Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Dikti Kemdikbud), Djoko Santoso menjelaskan mengapa seluruh mahasiswa (S-1, S-2, S-3) diwajibkan membuat dan memublikasikan tulisan karya ilmiahnya sebagai salah satu penentu kelulusan.

Djoko mengatakan, sebagai ahli, seorang sarjana harus memiliki kemampuan menulis secara ilmiah. Termasuk menguasai tata cara penulisan ilmiah yang baik. Setiap mahasiswa, lanjut Djoko, dapat menulis karya ilmiah baik dari rangkuman tugas, penelitian kecil, mau pun ringkasan dari skripsi yang dibuatnya.
“Sarjana harus punya kemampuan menulis secara ilmiah. Apa saja yang ia pelajari selama kuliah, termasuk bisa juga ringkasan skripsi,” kata Djoko, Jumat (3/2/2012), saat ditemui Kompas.com, di Gedung Kemdikbud, Jakarta.

Alasan kedua, terangnya, ketika seorang sarjana telah mahir menulis ilmiah, ke depannya diharapkan tidak akan kesulitan ketika membuat karya ilmiah di jenjang selanjutnya. Djoko berharap, aturan ini dapat menciptakan kuantitas dan kualitas karya ilmiah yang dihasilkan oleh Indonesia.
“Nanti ketika lanjut ke Magister atau Doktor, kualitas tulisan ilmiahnya bisa meningkat, berwawasan global, dan bisa terbit di jurnal-jurnal internasional,” ujarnya.

Alasan ketiga, aturan ini sengaja dibuat untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam hal membuat karya ilmiah. Berdasarkan data Kemdikbud, jumlah karya ilmiah yang dihasilkan perguruan tinggi Indonesia saat ini masih rendah, hanya sepertujuh jika dibandingkan dengan negara tetangga, Malaysia.
“Kita tertinggal jauh. Sehingga ini harus dipahami sangat mendesak. Karena jumlah karya ilmiah memiliki korelasi dengan pendapatan per kapita,” kata Djoko.

Seperti termuat dalam surat edaran Ditjen Dikti, ketentuan itu berlaku bagi mahasiswa yang akan lulus setelah Agustus 2012. Ketentuan ini dibuat merespons rendahnya karya tulis ilmiah perguruan tinggi di Indonesia, yang hanya sepertujuh dari karya ilmiah perguruan tinggi di Malaysia.

Bagi mahasiswa S-1, untuk lulus program Sarjana harus menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah. Sementara, mahasiswa S-2 diharuskan menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah nasional, diutamakan yang terakreditasi Dikti. Adapun mahasiswa program Doktor harus telah menghasilkan makalah yang diterima untuk terbit pada jurnal internasional.

 

Cukupkah Jumlah Jurnal Ilmiah Menampungnya?

Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Edy Suandi Hamid mengatakan, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi perlu mengkaji ulang syarat kelulusan program S-1 yang mewajibkan calon sarjana menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah.

“Persyaratan yang tertuang dalam Surat Dirjen Dikti Nomor 152/E/T/2012 tentang Publikasi Karya Ilmiah untuk program S1/S2/S3 yang merupakan salah satu syarat kelulusan yang berlaku mulai Agustus 2012 itu patut mendapatkan apresiasi, tetapi tidak realistis,” kata Edy, di Yogyakarta, Sabtu (4/2/2012).

Menurut dia, melihat kondisi saat ini, persyaratan tersebut tidak membumi karena tidak sesuai dengan daya dukung jurnal di Tanah Air. Edy mengungkapkan, dari 3.000 lebih perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia, setidaknya setiap tahun ada 750.000 calon sarjana. Untuk menampung makalah mereka, maka harus ada puluhan ribu jurnal ilmiah di negeri ini.

“Seandainya di Indonesia saat ini ada 2.000 jurnal, dan setiap jurnal terbit setahun dua kali, yang setiap terbit mempublikasikan lima artikel, maka setiap tahun hanya bisa memuat 20.000 tulisan para calon sarjana,” kata Edy yang juga Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini.

Ia menilai, meskipun jumlah jurnal ilmiah bertambah lima kali lipat, tetap tidak mampu menampung tulisan ilmiah calon sarjana di Indonesia. Masih ada ratusan ribu calon sarjana yang antre untuk dimuat. Padahal, jurnal tersebut juga digunakan oleh dosen dan peneliti.

“Meskipun kewajiban itu baru akan berlaku setelah Agustus 2012, tetap sulit dipenuhi. Hingga Oktober 2009, menurut Indonesian Scientific Journal Database, terdata sekitar 2.100 jurnal yang berkategori ilmiah yang masih aktif. Dari jumlah itu hanya sekitar 406 jurnal yang telah terakreditasi,” katanya.

Akan tetapi, menurut Edy, gagasan Ditjen Dikti cukup inovatif dan merangsang calon sarjana untuk berkarya. Namun, hal itu kurang diperhitungkan dan dipersiapkan secara matang. Ia menilai, jika dipaksakan akan memunculkan penerbitan jurnal yang “asal-asalan”, sekadar untuk memenuhi persyaratan kelulusan.

“Jika hal itu terjadi, maka filosofi di balik penerbitan jurnal sebagai media memublikasikan karya akademik tidak terpenuhi. Jurnal hanya menjadi media formalitas sebagai persyaratan untuk bisa meluluskan sarjana,” ujar Edy.

Ia mengusulkan agar ketentuan itu diterapkan secara bertahap, misalnya, diberlakukan bagi program studi yang terakreditasi A. “Selain itu, Dirjen Dikti juga perlu melakukan simulasi tentang daya dukung dan lulusan sarjana setiap tahunnya,” kata Edy.

Sumber: Gamtek Update

Kamis, 02 Februari 2012

Unibraw-Bio Farma Kembangkan Vaksin Kontrasepsi Aman

Universitas Brawijaya (Unibraw) bekerja sama dengan Bio Farma dalam waktu dekat ini akan mengembangkan sekaligus memproduksi vaksin kontrasepsi yang aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi akseptor.

Rektor Universitas Brawijaya (UB) Prof Dr Yogi Sugito, Kamis mengemukakan, nota kesepahaman (MoU) dengan Perusahaan Farmasi (Bio Farma) tersebut sudah ditandatangani, bahkan hasil temuan vaksin kontrasepsinya juga sudah dipatenkan.

"Untuk pengembangan vaksin ini kami juga akan membangun laboratorium vaksin kontrasepsi atas bantuan dari pemerintah pusat senilai lebih dari Rp146 miliar termasuk untuk pembelian peralatan lab," ujarnya.

Menurut Yogi, pembangunan gedung laboratorium dimulai awal tahun ini dan ditargetkan tuntas tahun ini juga, sehingga tahun depan sudah bisa dioperasionalkan.

Lokasi pembangunan gedung laboratorium tersebut berada di kawasan Dieng di atas lahan seluas tujuh hektare dan menjadi satu kawasan dengan Fakultas Kedokteran Hewan UB.

"Kami berharap tahun 2013 vaksin kontrasepsi ini sudah bisa diproduksi secara massal dan sudah dipakai secara massal juga di Tanah Air, sehingga pertumbuhan penduduk bisa diminimalkan," katanya.

Sementara salah seorang tim peneliti vaksin kontrasepsi tersebut Prof Aulanni`am dari Universitas Brawijaya mengatakan, efektivitas vaksin buatan anak negeri ini sudah terbukti secara ilmiah.

Vaksin tersebut berbeda dengan alat kontrasepsi yang ada dipasaran saat ini. Alat kontrasepsi yang diciptakan itu, diklaim tak menimbulkan efek samping bagi akseptor, baik kegemukan maupun kanker.

Selama ini, lanjutnya, kontrasepsi yang dipakai akseptor berbasis hormonal dan menyebabkan hormon terganggu, sehingga bisa mengakibatkan kegemukan serta kanker."Vaksin kontrasepsi ini disuntikkan ke akseptor perempuan dan bisa bertahan sesuai dosis yang ditentukan," jelasnya.

Vaksin kontrasepsi tersebut, lanjutnya, juga bisa dilepas kapanpun jika akseptor ingin kembali memiliki anak. Alat kontrasepsi berbasis vaksin itu juga telah mendapat hak paten dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 2010.

"Penelitian ini membutuhkan waktu selama 15 tahun yang didanai oleh Kementerian Kesehatan, Bio Farma dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti)," katanya.

Lebih lanjut Aulani mengatakan, berbeda dengan alat kontrasepsi suntik yang ada di pasaran, vaksin kontrasepsi yang diciptakan oleh tim peneliti UB itu berupa protein antibodi terhadap molekul zona pellucida-3 (ZP3) atau protein di luar sel telur.

Molekul zona pellucida-3 (ZP3) berfungsi sebagai reseptor atau mengenali sperma. Jika antibodi disuntikkan ke tubuh, maka molekul akan mengikat ZP3, sehingga struktur protein berubah dan tak mengenal sperma yang akhirnya tak terjadi fertilisasi atau pembuahan.

Vaksin kontrasepsi itu telah diujicobakan terhadap tikus, kelinci dan monyet ekor panjang atau Makaka vesicularis yang tersertifikasi dan saat ini tinggal menunggu uji coba klinis yang akan diterapkan ke manusia.

Protein yang bersifat reversible itu tidak akan menyebabkan patologis di saluran reproduksi wanita, sehingga jika dihentikan kualitas embrio juga tidak akan cacat, bahkan janin hasil pembuahan juga normal.

Ia mengemukakan, bahan baku vaksin itu juga aman dan halal, karena protein berasal dari sel telur sapi. Apalagi protein sapi identik dengan manusia, sedangkan asam amino sapi hanya berbeda satu.

"Vaksin tersebut aman dan halal jika digunakan pada manusia dan tahun depan akan diproduksi secara massal oleh PT Bio Farma," ujarnya.

Sumber : Antara News

Prodi Game dan Entertainment

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - yang kini tidak lagi menyandang nama ITS di belakangnya (PENS ITS) - akan membuka dua program studi (prodi) baru yakni prodi teknologi game dan entertainment dan prodi teknologi desain multimedia.

"Itu tergolong prodi yang pertama di Indonesia, sedangkan di negara lain sudah ada, bahkan Universitas Multimedia Malaysia sudah memilikinya," kata Direktur PENS Ir Dadet Pramadihanto M.Eng PhD NIP kepada ANTARA di sela-sela peluncuran logo dan `hymne` PENS di kampus setempat, Rabu.

Dalam acara yang menandai "perpisahan" PENS dari ITS itu, iamenjelaskan kedua prodi baru masih diusulkan ke Kemdikbud dan bila disetujui akan dibuka mulai tahun ajaran 2012/2013, karena pihaknya sudah siap, baik sumberdaya manusia maupun sarana.

"Kalau ada tambahan dua prodi itu berarti PENS akan memiliki 14 prodi yang terangkum dalam empat departemen yakni elektronika, informatika, mekanika dan energi, dan multimedia. Untuk prodi baru itu, kami sudah memiliki 12 dosen lulusan master (S2) teknologi game," katanya.

Menurut dia, jika prodi baru itu disetujui, maka pihaknya akan menerima 30 mahasiswa baru untuk setiap prodi baru itu. "Prodi baru itu akan mendukung program pemerintah terkait industri kreatif," katanya.

Selain prodi baru, rencana baru untuk memperkuat PENS yang tidak lagi menyandang nama ITS itu, pihaknya akan menyusun statuta baru, reorganisasi departemen/prodi, dan program riset unggulan, termasuk logo dan hymne baru.

"Perpisahan PENS dengan ITS itu bukan karena ada masalah, tapi untuk menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah yang melarang adanya satu instituti memiliki dua unit/satuan kerja, karena pertanggungjawabannya akan tumpang tindih, sehingga Senat ITS merekomendasikan `perpisahan` kami itu," katanya.

Namun, katanya, pihaknya tidak terlalu khawatir dengan "perceraian" itu, karena pihaknya selama ini sudah mandiri secara teknis, kecuali dua hal yakni wisuda dan kegiatan kemahasiswaan yang selalu bersama-sama antara ITS dan PENS.

"Kalau kurikulum, keuangan, sarana dan prasarana, dan sebagainya sudah dilakukan tanpa dukungan ITS, sehingga dengan perpisahan itu tidak akan mempengaruhi kemajuan PENS dan kemajuan ITS sendiri, karena kami selama ini memang hanya diikat faktor kesejarahan, bukan teknis," katanya.

Oleh karena itu, katanya, wisuda untuk sarjana baru dari tahun ajaran 2012/2013 akan diwisuda PENS, sedangkan sarjana dari tahun ajaran sebelumnya akan tetap diwisuda bersama ITS. "Jadi, kami akan melaksanakan wisuda sendiri pada empat tahun lagi," katanya.

Hal yang sama juga akan dialami Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) yang selama ini juga menyandang nama PPNS ITS Surabaya.

"Kami terus berbenah untuk menghadapi tantangan global, di antaranya menjalin kerja sama beasiswa ikatan dinas dengan BUMN (persero) di bidang kemaritiman yakni PT PANN (Pengembangan Armada Niaga Nasional) pada 28 Desember 2011," kata Direktur PPNS, Ir Muhammad Mahfud M.MT.

Senin, 30 Januari 2012

Kampus Cyber University Ada di Semarang

Pendidikan tinggi juga harus murah. Kemajuan teknologi komunikasi yang pesat bisa dijadikan untuk memulai langkah itu.

DI ruangan kerja yang cukup luas dan tertata rapi dengan sebuah meja kerja berlatar belakang buku-buku tersusun di rak, ruang rapat kecil, dan sofa untuk tamu, ia berkantor dan beraktivitas.

Sosok yang satu ini, Prof Dr Laode Masihu Kamaluddin MD MEng, tidaklah terlalu asing di kalangan mahasiswa Indonesia. Sebab, sejak duduk sebagai mahasiswa di Universitas Padjadjaran, Bandung, hingga malang melintang di dunia politik, namanya sering disebut-sebut pers.

Kini dia kembali ke kampus, memimpin Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Jawa Tengah. Pria yang selalu berpenampilan sederhana ini mengatakan tidak ingin berpangku tangan dalam pengabdiannya sebagai rektor. "Saya tidaklah lagi muda, sehingga di masa sekarang ini semua gagasan dan pemikiran serta hasil karya ini saya sedekahkan kepada bangsa dan negara," kata pria kelahiran Sulawesi Tenggara, 17 Agustus 1949 ini.

Maka begitu dilantik, Laode ingin segera merealisasikan gagasannya untuk menjadikan lembaga pendidikan tinggi yang dipimpinnya selangkah lebih maju.

Berada di lingkungan birokrasi kampus, ternyata tidak mengubah gaya Laode yang selalu berani termasuk membuat terobosan sistem pendidikan. Mantan anggota MPR perwakilan utusan daerah dari Sulawesi Tenggara (1993-1997 dan 1999-2004) ini melihat perkembangan teknologi telekomunikasi terutama internet bisa dimanfaatkan membantu dan mempermudah pelaksanaan pendidikan.

Tepatnya Laode ingin lari dari model pendidikan konvensional yang harus mempertemukan dosen dan mahasiswa di kelas. "Kita harus berani lari dari kebekuan model pendidikan seperti itu."

Dengan sebuah tablet berukuran layar 10 inci, jemari Laode siang itu tampak bergerak lincah membolak-balik program dan sesekali berkomunikasi dengan dunia luar melalui alat tersebut. Ia sepertinya tidak terkungkung oleh batasan ruang kerjanya.

"Setiap hari kerja, ya begini ini suasananya," katanya kepada Media Indonesia, Senin (17/1). Ia pun mengakui berbagai kegiatan yang dilakukan baik sebagai rektor, guru besar, maupun jabatan lainnya sering terbantu dengan alat komunikasi tersebut.

Menurutnya, perubahan teknologi dari analog ke digital yang saat ini melanda dunia sebenarnya peluang besar untuk menjadikan pendidikan tinggi lebih bermutu. "Sebenarnya yang kita harapkan bisa terbantu dengan kemajuan teknologi yang pesat ini. Bukankah dalam pembukaan UUD '45 sudah jelas dituliskan kewajiban negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa," katanya.

Memudahkan mahasiswa
Mengawali ide memanfaatkan teknologi cyber di universitas yang dipimpinnya tidaklah datang begitu saja. Laode mengatakan ide itu muncul saat dia mengamati penggunaan teknologi komunikasi yang telah mencapai kemajuan cukup pesat di masyarakat terutama anak muda.

"Literatur pun mendukung. Penggunaan internet dalam kehidupan sehari-hari telah mewabah. Bahkan dalam catatan yang ada, 46% warga Asia telah menggunakan teknologi ini," katanya.

Laode mencoba menangkap fenomena faktual tersebut untuk diterapkan di kampus yang dipimpinnya. "Kalau sementara orang melihat ini adalah teknik, gejala kemajuan teknologi komunikasi ini saya lihat secara kultural di mana penggunaan kemajuan teknologi telah mewabah dan menjadi budaya yang tidak dapat dilepas begitu saja," terangnya.

Maka dimulailah megaproyek penerapan teknologi digital ini di Unisulla. Laode mengawali dari mulai membangun infrastruktur teknologi hingga pelaksanaan, termasuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang akan mengoperasikannya, dari tenaga pengajar dan administrasi hingga seluruh karyawan.

Untuk mewujudkan visi Laode, Unissula Semarang berani berinvestasi sekitar Rp20 miliar. Dana sebesar itu untuk membangun tiang pemancar, stasiun komunikasi, hingga pengadaan peralatan bekerja sama dengan Korea.

Gerakan cyber university terus digulirkan hingga pada akhirnya semua perangkat teknologi sampai SDM telah siap beroperasi. Lewat terobosan Laode dan jajaran Unissula tersebut, tidak mengherankan apabila kini sekitar 3.000 mahasiswa Unissula telah menerapkan penggunaan cyber untuk mengikuti perkuliahan. Bahkan dengan teknologi ini mahasiswa 'dimanjakan' karena bisa mengikuti perkuliahan tidak harus berada di kampus, tetapi bisa di rumah, di angkot, ataupun di mana saja dengan radius 70 kilometer dari kampus

Unissula Akan Berdayakan Anak-anak Jalanan

Dekan FKIP Unissula Dr H Gunarto, SH SE Akt M Hum memberi keterangan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unissula dalam bidang pengabdian masyarakat lolos seleksi Ditjen Dikti Kemdikbud berdasarkan surat pengumuman yang dikeluarkan Dikti No. 0071/E5.3/KPM/2012.

Lolosnya proposal ini merupakan prestasi tersendiri, mengingat ajang ini diikuti mahasiswa FKIP. Dalam proposal itu, anak-anak jalanan di Pasar Johar rencananya akan dberdayakan dalam pelatihan pembuatan telur dengan berbagai rasa.

PKM merupakan ajang tahunan yang diselenggarakan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Ditjen Dikti yang merupakan rangkaian dari Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas). Tahun ini kegiatan tersebut akan diselenggarakan di Yogyakarta pada Juli mendatang.

Ketua Kelompok PKM Jubirman mengungkapkan, latar belakang ide kegiatan ini melihat banyaknya anak jalanan yang mangkal di sudut jalan di Pasar Johar. Untuk menjaga agar tidak menyimpang, diperlukan pelatihan agar mereka mempunyai bekal keterampilan.

Dosen pembimbing kegiatan Nuridin MPd menambahkan, kegiatan ini merupakan implementasi dari tri dharma perguruan tinggi. Dekan FKIP Unissula Dr Gunarto menyatakan bangga karena  proposal mahasiswa FKIP lolos seleksi. ”Kami menerapkan iklim akademik yang kuat melalui berbagai kegiatan ilmiah. Kelolosan ini merupakan prestasi yang membanggakan, sebab kami baru berdiri pada Juli 2011,” tandas Gunarto.

Visitor Campus News

free counters

DAFTAR SITUS PERGURUAN TINGGI

Perguruan Tinggi Negeri:

Institut – Sekolah Tinggi Negeri:

Politeknik Negri:

Universitas Swasta:

Institut – Sekolah Tinggi Swasta:

Politeknik Swasta:

Akademi Swasta: